Skip to main content

Paham Posisi Allah


Arham Tidak ingin menjelaskan arti per hurufnya. Tapi lebih kepada makna dibalik huruf.

Tajalli : menyatakan diri

Manifestasi : perwujudan

Peran : posisi

Karakter : watak

Penokohan dan perwatakan untuk dikenali.

1. Alif Lam Mim

2. Alif Lam Lam Ha

Kita mulai dari huruf Hijaiyah 

Huruf Alif bermakna Sirr Ahad

Huruf Ba' bermakna Baqa' kekekalan yang terlepas dari suara (Kalam), asma, sifat dan Af'al. Baqa' sebelum ada yang menyaksikan, Baqa' sebelum disaksikan oleh yang ada.

Huruf Ta' hingga Ya' bermakna Tajalli yang dikenalkan kepada seluruh mahkluk yang diciptanya dan per hurufnya mewakili seluruh asmaul husna.

1. Aku

2. Aku disaksikan

3. Penyaksian atas diriku

Jumlah titik pada huruf Hijaiyah :

1 titik disitu bermakna Sirr Ahad,

2 titik disitu bermakna Sirr Ahmad dan Sirr Ahad,

3 titik disitu bermakna Nur Muhammad, Sirr Ahmad dan Sirr Ahad.

2 Titik pada huruf hijaiyah huruf ya', iyalah qalbu nabi Muhammad, yang didalamnya ada Sirr Ahmad dan Sirr Ahad.

Alif, Ba', Ta' hingga berakhir di huruf Ya'

Dari Alif dan kembali kepada kondisi Qalbu nabi Muhammad, hakikat nabi Muhammad yang tiada lain ialah Sirr Ahmad dan Sirr Ahad atau Sirr Dzatnya.

Yang Sirr (yang Maha rahasia) tetaplah menjadi rahasia (Sirr). Disebut Dzat karena semua semua yang ada ini, bersumber darinya. Dia tetap memiliki Asma dan sifat tersendiri yang tidak akan pernah terlepas darinya. Sirr Ahmad yang memiliki pancaran Nur Muhammad adalah Sirr dari seluruh asma dan seluruh sifatnya. Asma yang ada, sifat yang ada dan af'al yang dikenalkan tidak lain adalah bentuk Tajalli yang Maha rahasia itu kepada makhluk yang di ciptanya untuk dikenali.

Begitulah salah satu makna, jika setiap huruf dibuka dan tidak akan ada habisnya. Termasuk membuka huruf per huruf didalam asma'ul husna, maka akan otomatis membuka juga seluruh sifat dan af'alnya pada setiap huruf, itu pasti. 

Masing masing huruf memiliki makna tersendiri dan kita tidak akan kearah sana. Melainkan, lebih kepada memahami maksud dari yang semua ini lewat huruf.

Alif Lam Mim,

Alif bermakna Sirr Ahad.

Lam bermakna Jibril.

Mim bermakna Muhammad.

Alif Lam Mim makna ke-2,

Alif bermakna Sirr Ahad.

Lam bermakna Nur Muhammad.

Mim bermakna Jasad atau raga nabi Muhammad.

Barulah dilanjutkan kalimat,

ذَٰلِكَ ٱلْكِتَٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ

Al-Qur'an itu dijemput langsung dan dihantarkan langsung kedalam Qalbu Nabi Muhammad.

Inilah maksud,

"Akhlak Rasulullah adalah Al-qur'an".

Kemudian kita pahami juga,

Alif Lam Lam Ha,

Alif Sirr Dzatnya.

Lam Sifatnya.

Lam Asmanya.

Ha Af'alnya.

Alif Lam lam Ha makna ke-2,

Alif Sirr Dzatnya.

Lam Nur Muhammad nya.

Lam Adamnya.

Ha Alamnya.

Maka, makna Lam disini perantara, penghantar, pengkhususan, menunjukan adanya sebab yang ada bersumber dari yang ada, kepemilikan, darinya, setelahnya dan selainnya.

Tidak lain yang segala sesuatu kepada makhluknya itu, sebagai bentuk Tajalli untuk dikenali. Ini terlepas dari makna per hurufnya ya. Apapun itu yang setelah penyaksian Nur termasuk Kalam, Asma', Sifat dan Af'al. Apapun itu tidak lain dimulailah dari keadaannya dari suaranya, dikenalkan dengan kalamnya yang menyatakan dirinya yang ada dan darinyalah semua akan dicipta. Lalu dari sebab Nur itulah semua menjadi ada.

Jadi, apa apa yang dituliskan itu adalah simbol penokohan dan perwatakan pencipta kepada makhluknya (Tajalli untuk dikenali). Termasuk lafadz Allah dan seluruh asma, sifat dan af'al bahkan Kalam atau suara itu sendiri ada setelah disaksikan, ada setelah ada yang menyaksikan. Tajalli dengan Kalam, Tajalli dengan Asma', Tajalli dengan sifat dan Tajalli dengan af'alnya kepada seluruh makhluknya.

Yang menyaksikan keadaannya itulah yang tidak lain hanya Sirr Ahmad. Sirr dari Sirr Dzatnya yang diberi nama Ahmad, lalu Sirr Ahmad itu sendiri memiliki pancaran Nur yang diberi nama Muhammad, maka ia bernama Nur Muhammad.

Selevel Malaikat Jibril pun tidak sampai kepada penyaksian yang nyata itu sendiri yang kecuali hanya dengan atau melalui sang kekasih, dialah Muhammad yang di izinkan untuk memandang atau menyaksikan keadaannya.

Selevel Malaikat Jibrilpun akan terbakar jika memasuki wilayah ke ahadan dzatnya. Jadi, tidak lain obrolan yang ada antara sang pencipta dan para malaikat hanya sebatas Kalam kalamnya, suara suaranya.

Dan dari huruf Alif nya saja akan mengandung yang 3 ini :

1. Ahad : Sirr Dzat

2. Wahdah : Hakikat Muhammad

3. Wahid : Hakikat Alam dan Manusia, termasuk Kalam Qadim, Asma, Sifat, Af'al.

الإنسان سرى وانا سره

Insan Kamil pun masih diwilayah Alif yang Wahid.

1. Ahad : Mutlak

2. Wahdah : Nyata yang pertama (Nur)

3. Wahid : Hakikat Alam, Hakikat Manusia

Nur Muhammad sebagai asal jadi dari segala yang jadi, Hawiyatul Alam atau Hakikat Alam (huruf Hijaiyah, huruf Ha')

1. Ada,

2. Ada dari yang ada,

3. Diadakan dari yang telah ada.

قَدْ جَاۤءَكُمْ مِّنَ اللّٰهِ نُوْرٌ

Sungguh telah Allah datangkan untuk kamu Nur dari pada Allah yaitu Nur Muhammad.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدْ جَآءَكُمُ ٱلْحَقُّ مِن رَّبِّكُمْ

Artinya :

Wahai manusia, telah datang Al-Haq dari pada Tuhan-Mu yaitu Nur Nabi kita Muhammad.

Telah datang Al-Haq dan yang dimaksud disini adalah Nur nya. Ingat kisah wali yang mengaku "Ana Al-Haq?"

Tidak lain bukanlah pengakuan dirinya adalah Tuhan yang sejati, melainkan dirinya telah fana' kepada Nur sejati.

Hadits Qudsi :

“Aku adalah Rahasia (Perbendaharaan) Yang tersembunyi. Lalu Aku berkeinginan agar dikenal, kemudian aku Ciptakan alam serta makhluk (sebab Muhammad) tidak lain agar mereka bisa Ma’rifat (mengenal) kepada Aku”.

Kalam Syekh Muhammad As-Saman :

"Alif Dzat adalah Mesra rahasianya pada segala zarrah dan Ha' adalah Hayatul Alam (Kehidupan alam semesta), dari situlah permulaannya dan menetapnya".

Baik dari lafadz Allah, ketika dibuka hingga berawal dari Alif. Tidak lain yang semua itu termasuk Tajalli Asma' yang dikenalkan pencipta kepada yang diciptanya untuk mengenali dirinya.

Dia yang tiada ruang dan waktu, tiada suara, tiada asma, tiada sifat dan tiada Af'al. Mengapa ada dalam ketiadaan? Sebab masih belum ada yang menyaksikan keadaannya pada saat itu.

Dia yang Mutlak ada. Hingga dinyatakan atas dirinya dan menjadi nyata oleh dirinya. Tiada lain yang dinyatakan itulah Nur, penyaksian langsung kepada Kamal dan Jamal dihadapannya. 

Ruh yang bernama Ahmad, nama langitnya Ahmad dan nama buminya Muhammad. Darinya memiliki pancaran Nur yang bernama Nur Muhammad. Dan dari Nur itulah semuanya menjadi nyata sekalian seluruh alam alam yang ada, barulah bersuara menyatakan dirinyalah yang mencipta, dari nyalah semua akan dicipta. Dikenalilah kepada Nurnya, dia bertajalli dengan asma, sifat dan af'alnya.

Jika sampai sini masih belum cukup, cukup sampai sinilah adab Arham dalam menjangkaunya. Yang Sirr tetap lah dia Sirr Dzatnya hingga dinyatakan dan dikenalkan dengan Sirr (Sirr Ahmad) dari yang sirr (Sirr Ahad Dzatnya) bahwasannya dia yang melalui Kalam, asma, sifat dan af'al semua semua ini adalah Tajalli Pencipta dihadapan makhluknya tidak lain ya untuk dikenali oleh makhluk yang diciptanya dengan Tajallinya. Bertajalli dengan kalamnya, Tajalli dengan asmanya, Tajalli dengan sifat dan af'alnya.

Dia bukanlah yang pantas untuk divisualkan dengan kata kata yang selain bersumber dari kalamnya. Dengan asma, sifat dan af'alnyalah Semua ini adalah bentuk perwatakan dan penokohan sang pencipta untuk makhluk yang diciptanya, termasuk lafadz Allah. Dia tetaplah Sirr Dzatnya.

Lantas bagaimana dengan bersyahadat yang bermakna persaksian? 

Bedakan dulu ada rukun lahir dan rukun bathin. Ada syahadat lahir, yaitu lisan dengan lafadznya "asyhadu alla ilaha..", mata dengan menatapnya, telinga dengan mendengarnya.

Syahadat :

  • Syahadat nya lisan menyatakan asmanya,
  • Syahadat nya akal menyatakan sifatnya,
  • Syahadat nya rasa menyatakan af'alnya.

Dzikir :

  • Dzikirnya lisan menyatakan asmanya,
  • Dzikirnya akal menyatakan sifatnya,
  • Dzikirnya rasa menyatakan af'alnya.

Itu semua masih di wilayah jasmani, termasuk dzikirmu yang hening itu merasakan gerak detak jantungmu, naik turunnya nafasmu, dzikirmu yang tiada suara dan tiada kalimat itu merasakan gerak aliran darahmu. Bahkan dzikir dengan rasa pun, masih di wilayah nafs mu, jasmanimu. Dzikir rasa itu dzikir af'al itu sendiri.

Siapa bilang dzikir yang sudah terbebas dari suara dan kalimat, dzikir yang dalam hening itu sudah keluar dari sisi nafs mu? Rasa itulah dzikir af'almu, cuma kamu tidak sadar sadar.

Jangan kamu tuntut penyaksian itu dengan jasmanimu, biarkan yang menjadi wilayah hak sang pencipta tetaplah menjadi hak pencipta. Yang memandang itu bukanlah sisi jasmanimu, yang menyaksikan itu bukan pula rasamu.

Yang ingin kamu pandang itu yang Sirr. Dia Sirr Dzatnya, maka perlu kenalan dulu dengan yang sudah pernah memandang Sirr Dzatnya nya itu. Maka perlu ketemu dulu dengan yang pernah memandang. Dan dialah yang diberi nama Nur Muhammad pancaran dari Sirr Ahmad.

Sirr (Sirr Ahmad) yang ada didalam ke Qadimannya, Sirr dari Sirr Dzatnya yang Sebanyak bilangan yang ada di dalam ilmu Allah yang kekal. Pandangan Allah kepada kekasihnya yang bernama Muhammad yang terus menerus dan selama keabadian kerajaan Allah. Jika yang kamu pandang adalah Muhammad, maka otomatis Allah sedang memandang dirimu.

Yang memandang itu ada didalam Ruhmu. Yang menyaksikan itu ada didalam Ruhmu. Sirr itu ada didalam Ruhmu. Itulah syahadat nya Ruh, itulah menghadapnya ruh, itulah sholatnya ruh. Dalam segala kondisi dan disetiap waktu tanpa hentinya. 

Yang di pandang ruh tiada lain dia yang memiliki asma, bukan asmanya yang dipandang. Yang di pandang itu yang memiliki sifat, bukan sifatnya yang di pandang. Yang di pandang itu yang memiliki af'al, yang memiliki Kalam. Bukan memandang af'alnya bukan pula memandang kalamnya. Tapi yang memilikinya itulah yang selalu di pandang ruhmu. Ruh itulah yang bersyahadat dan ini wilayah hak nya sang pencipta, ini wilayah akses hak nya. Hak akses nya ada didalam Ruhmu.