Skip to main content

Syarat Mutlak Seorang Boleh Mengeluarkan Fatwa


تَرَكْتُ فِيْكُم أمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُم بِهِمَا : كِتَابَ الله، وَسُنَّةَ رَسُوْلِه

"Aku Tinggalkan di tengah kamu 2 perkara.. yang siapa saja atau jika kamu berpegang teguh pada keduanya.. kamu tidak akan tersesat selamanya.. yaitu Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya.."

Hadist tersebut sama sama kita sepakat "shahih".. Meskipun Lighairih.. dan kita semua sepakat.. Hadits ini wajib di amalkan.. 

Tapi kenapa.. gara gara Hadits 1 tersebut.. bikin berantem antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya.. 

Menurut kelompok yang dari Tasik.. "Kalau sudah ada Al Qur'an, ada Hadits atau Sunnah.. umat boleh langsung mengamalkan.. karna begitu teks janji Nabi".. 

Tetapi dari kelompok yang dari Jakarta.. "Oo.. gak bisa.. ada Qur'an dan Sunnah.. belum otomatis kita boleh mengamalkannya.." 

"Lantas bagaimana?" 

"Tunggu dulu penjelasan 'Ulama Salaf.." 

Yang dari Tasik bilang.. "Kalau begitu bukan 2 atuh.. jadi 3.. Qur'an, Sunnah dan Salaf.." 

Kata yang dari Jakarta.. "Bukan 3.. itu mah hak otoritas.. Qur'an, Sunnah.. tapi pemahamannya hak otoritas Ulama Salaf.." 

Kesimpulannya mereka bukan salah mengambil Hadits.. bukan juga salah memahami Hadits.. 

Tetapi ada kesalahan.. kenapa hanya mengambil 1 Hadits.. dan gara gara Hadits تَرَكْتُ فِيْكُم ini.. berapa juta korbannya umat islam di paksa untuk ngaku kafir.. di paksa untuk ngaku sesat.. walaupun tidak mau sesat.. 

Kamu sesat saja.. kamu bid'ah saja.. ini gara gara hadits 1 ini.. dan korban yang paling tragis tentu saja warga Nahdlatul 'Ulama.. disini fatalnya.. 

Sekali lagi.. bukan salah Haditsnya.. tetapi miskin pembaca Haditsnya.. 

Mereka juga mungkin bukan tidak tau Hadits.. tetapi tidak pernah mau melibatkan Hadits.. kecuali Hadits 1 tadi.. 

Kenapa demikian? 

Benar.. Rasul mengatakan bahwa.. "Aku tinggalkan 2 perkara yang kamu jika berpegang teguh kepada keduanya.. tidak akan sesat selamanya.. Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya.." Benar.. 

Tetapi Rasul juga pernah mengucapkan yang lain.. 

Apa diantaranya? 

تَرَكْتُ فِيكُمْ مَا اِنْ تَمَسَّكْتُمْ بِهِ لَنْ تَضِلُّوا أبَدًا : كِتَابَ اللهِ وَعِتْرَتِي أَهْلَ بَيْتِي

"Aku tinggalkan di tengah kamu.. yang jika kamu berpegang teguh padanya.. pasti kamu tidak akan sesat selamanya.. yaitu Kitabullah dan Keluargaku.." 

Hadits ini memang diambil juga.. tetapi sangat disayangkan yang mengambilnya.. hanya saudara kita Syiah kemudian dibenturkan dengan وَسُنَّةَ رَسُوْلِه.. 

Hadits kedua ini kalau kita lihat dari sisi Sanadnya.. Kajian Mustholahnya.. jauh lebih Shahih dari pada Hadits كِتَابَ الله، وَسُنَّةَ رَسُوْلِه.. Karna ini ada Al Muayyidnya.. ada Syahid.. ia penguatnya lagi.. dari Shahih Muslim bersumber dari Zaid bin Arqam.. 

Rasul juga pernah bersabda.. 

اقْتَدُوْا بِاللَّذَيْنِ مِنْ بَعْدِي أبِى بَكْرٍ وَ عُمَرَ 

"Berpegang teguhlah kamu semua kepada dua orang setelah ku.. yaitu Abu Bakar dan Umar.." 

Rasul juga pernah bersabda.. 

عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّا شِدِيْنَ مِنْ بَعْدِي عُضْوَانِ بِالنَّوَاجِدْ

"Berpegang teguhlah kalian kepada Sunnahku dan Sunnah Khulafaur Rasyidin.. gigit ia dengan gigi gerahammu.." 

Rasul juga pernah bersabda.. 

أصْحَابِي كَالنُّجُوْم بِأيِّ إقْتَدَيْتُم إهْدَيْتُم 

"Sahabat sahabatku itu bagaikan bintang bintang.. Dengan yang mana saja kamu berpegang.. kamu selamat sampai tujuan.. dapat petunjuk.."

Rasul juga pernah berdialog dengan Mu'adz bin Jabal.. 

"Wahai Mu'adz.. bagaimana kamu akan memecahkan persoalan.. jika disampaikan kepadamu satu persoalan?" 

"Aku akan memecahkannya.. memutuskannya dengan Kitabullah.." 

"Jika kamu tidak menemukan dalam Kitabullah?" 

Yang ditanya tidak menemukan itu.. orang hafal.. kalau yang tidak hafal gak akan ditanya begitu sama Nabi.. 

Baru bilang.. "Saya akan memutuskannya dengan Kitabullah", "Kamu ngerti apa Qur'an?"

Yang ditanya itu yang hafal Qur'an.. jadi.. kalau dikatakan tidak ketemu.. memang tidak ada..

Beliau menjawab.. "Saya akan memutuskannya dengan Sunnah Rasulullah.."

"Jika kamu tidak mendapatkan dalam Sunnah Rasul-Nya?" 

Artinya Sunnah yang beliau saksikan selama bergaul dengan Rasulullah.. 

"Saya akan berijtihad.. mengerahkan nalar saya.. dan saya tidak ragu ragu.." 

Rasul juga pernah bersabda.. 

إِنَّ الْعُلَمَاء وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاء، إِنَّ الْأَنْبِيَاء لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلاَ دِرْهَمًا إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنَ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ

"Para 'Ulama itu ahli warisnya Nabi nabi.. Para Nabi tidak mewariskan Dinar maupun Dirham.. yang mereka wariskan adalah 'Ilmu.. siapa yang berpegang.. mengambil porsi dari pada itu.. maka dia telah mengambil keuntungan yang besar.." 

Nabi juga pernah bersabda.. 

"Ketika terjadi perselisihan diantaramu apa?.." 

فَعَلَيْكُم بِالسَّوَادِ الْأَعْظَم 

"Ambil Mayoritas Umat.." 
Berpegang pada Mayoritas.. 

Dan Rasul juga bersabda.. 

"Umatku tidak akan bersepakat dalam hal yang berstatus sesat.." 

Artinya.. 
Ketika ada 1 amaliah di tengah kaum muslimin.. kemudian kita belum mengenal benar salahnya.. silahkan takar ia dengan Qur'an.. 

Jika dalam takaran Al Qur'an ternyata tidak ada dalam Al Qur'an.. coba lihat dalam Sunnah.. 

Meskipun dalam Qur'an tidak ada.. tapi ada dalam Sunnah.. benar ia.. dan wajib diterima sebagai sebuah kebenaran.. 

Ketika dalam Sunnah tidak ada.. coba periksa dari keluarga Rasulullah.. periksa dari Ahlul Bait.. barangkali Ahlul Bait melakukannya.. 

Maka sesuatu yang kita tidak menemukan secara tekstual didalam Qur'an atau dalam buku buku Hadits.. tetapi kita menemukannya didalam Amal Ahlul Bait.. Sah.. dianggap sebagai sebuah kebenaran.. dan tidak boleh dianggap sebagai bid'ah.. 

"Oo saya tidak menemukannya di Ahlul Bait.." 

Tetapi ada kebijakan Abu Bakar Ash Shidiq.. ia dilakukan oleh Abu Bakar atau dijadikan sebuah kebijakan Abu Bakar.. maka itu adalah sebuah jaminan dari Rasulullah.. kebenaran yang layak di terima dan diikuti.. tidak boleh dihukumi dengan bid'ah.. 

Yang bid'ah.. justru yang menyalahinya.. 

Abu Bakar tidak melakukannya dan tidak ada Sunnahnya disitu.. 

Umar bin Khattab.. Qur'an tidak ada.. Sunnah tidak ada.. Ahlul Bait tidak ada.. Abu Bakar tidak ada.. 

Umar melakukannya.. dijamin oleh undang undang Rasulullah.. oleh kebijakan Rasulullah itu adalah sebuah kebenaran yang patut diterima dan layak diikuti dan tidak boleh dianggap bid'ah.. 

Yang bid'ah adalah yang menyalahinya.. 

Ketika Umar tidak melakukannya.. periksa Utsman.. jika Utsman tidak.. periksa 'Ali.. Oo 'Ali tidak melakukannya juga.. Khulafaur Rasyidin tidak melakukannya.. 

Lihat.. adakah diantara Sahabat Nabi yang melakukannya.. 

Jika ada 1 saja diantara Sahabat Nabi yang melakukannya.. dan tidak di ingkari oleh yang lainnya.. meskipun yang lain tidak mengerjakannya.. maka itu sebuah kebenaran.. yang dijamin kebenarannya oleh Rasulullah.. tidak boleh dianggap bid'ah.. yang bid'ah adalah yang menuduhnya atau yang menyalahinya.. 

Oo Sahabat Nabi tidak ada seorang pun yang melakukannya.. tetapi ada Ijtihad 'Ulama.. maka orang Awwam dibenarkan untuk mengikuti Ijtihad 'Ulama.. dan tidak dibenarkan untuk menyalahkan Ijtihadnya.. 

Ijtihad 'Ulama ternyata tidak ada.. 

lihat saja sebuah Amaliah kalo dilakukan oleh kaum muslimin secara mayoritas.. maka itu diterima sebagai sebuah kebenaran.. aksiomatis.. yang tidak boleh disalahkan oleh kebenaran yang diukur oleh personal.. 

Al Imam Abdullah Ibnul Mubarak menambah dalam Muqaddimah Shahih Muslim.. 

اَلإِسْنَاد مِنَ الدِّيْن لَوْلَا الْإِسْنَاد لَقَالَ مَنْ شَاءَ مَا شَاءَ

Rangkaian Sanad itu Isnad.. sandaran dari siapa dia memperoleh agama.. itu bagian dari agama.. sekiranya tanpa isnad.. akan terjadi setiap orang boleh.. bicara apa saja soal agama.. 

Dan ada 1 lagi.. 

Sebuah Amaliah yang hidup ditengah kaum muslimin.. tidak diketemukan dasarnya secara tekstual didalam Qur'an, Hadits, Ahlul Bait, Sahabat, Ijtihad para 'Ulama, tidak ada sanadnya, tapi ada bukti bahwa perbuatan itu sudah hidup ditengah masyarakat islam.. 

Maka diterima sebagai sebuah ukuran kebenaran..


Orang sering berfikir, bahwa yang namanya Kitabullah itu adalah Mushaf Al Qur'an satu satunya yang ada di Indonesia.

Ini tragis,

Karna sesungguhnya Mushaf Al Qur'an yang diterima kebenarannya hari ini, itu sekurang kurangnya ada 7 Mushaf, Qira'at 7.

Bahkan dari 7 ini, masing masing 2 riwayat, artinya menjadi 14 Mushaf dan kedua riwayat itu berbeda satu dengan yang lain. 

Qur'annya sama 30 Juz, urutan suratnya sama, tapi fakta Qira'atnya berbeda, bacaannya banyak yang berbeda. Bukan cuma bacaannya, hurufnya pun ada yang berbeda.

Nah ke - 7 bahkan sampai masanya Ibnu Jazari, 7 Qira'at itu hanya pada masa Ibnu Mujahid, sampai Ibnu Jazari, 10 Qira'at.

Dari 10 Qira'at dan ada 2 para Rawinya, hingga menjadi 20 Mushaf diriwayati dari fulan, dari fulan. Itu sudah 20 Qur'an ada di dunia.

Kesemuanya itu diterima berdasarkan kesepakatan 'Ulama, itu Mutawatirah dan wajib diterima, mengingkari salah satunya, statusnya Kafir.

Tetapi faktanya Qur'annya 10. Jadi apa yang kita baca di Indonesia, biriwayatin "Hafsin Al 'Ashim" itu hanya baru 1 dari Qur'an yang ada.

Masih ada sekurang kurangnya 9 lagi dengan mengambil 1 periwayat, mengambil 1 wajah atau 19 lagi dengan mengambil 2 periwayat, mengambil 2 wajah.

Ini penting diketahui oleh mereka yang akan mengeluarkan Fatwa Hukum + 'Aqidah.

Kenapa? 

Karna Qira'at ini mempengaruhi didalam pemahaman 'Aqidah, berpengaruh didalam pemahaman Hukum dan yang lainnya.

Ada cerita dari pakar Qira'ah Sab'ah Indonesia, Dr. KH. Ahsin Sakho, MA.

Beliau mengatakan.. 

Sekali waktu.. di Madinah ditampilkan seorang pembaca Qur'an.. si pembaca ini membaca dengan bacaan Qira'at 7.. 

Syaikh bin Baz.. Ketua Komisi Fatwa Saudi Arabia (pada masanya).. kaget ia.. bacaan apa ini.. tidak paham rupanya.. 

Lalu Syaikh Syinqithi.. seorang Mufassir kenamaan.. menjawab.. Syaikh ini Al Qur'an dengan beberapa Qira'at.. semuanya Mutawatirah dari Rasulullah.. 

Akhirnya sejak saat itulah digagas di Madinah.. supaya didirikan Jami'atul Qur'an.. 

Jadi.. berdirinya Jami'atul Qur'an.. Sabab Nuzulnya.. karna Ketua Komisi Fatwa tidak ngerti Qira'at 7.. 

Bayangkan.. mengenal Qira'at 7 itu syarat Mutlak seorang boleh mengeluarkan Fatwa.. 

Rasul membaca Al Qur'an itu dengan macam macam bacaan.. diriwayatkan Nafi', Qalun, Warasy, Ibnu Katsir, Abu Amr, Ad-Dauri, As-Susi, Hamzah, Khalaf, Khalad, 'Ashim, Syu'bah, Hafs, dsb.. 

Yang sampai di kita adalah Qira'at Hafs.. 

Hafs itu hanya salah satu murid dari sekian banyak murid imam 'Ashim.. dia punya saudara seperguruan.. yaitu Syu'bah.. dia dengan Syu'bah sudah berbeda.. 

Dan Hafs sendiri dalam ukuran panjang "Mad" tidak sama.. ada beberapa wajah.. misalnya "Mad Jaiz atau Mad Munfasil.." boleh 2 Harakat.. boleh "Isyba" penuh 5 - 6 Harakat.. 

Indonesia.. dari zamannya Mbah Munawwir Krapyak.. Mbah Arwani Kudus.. itu sudah menentukan sikap.. bahwa Qira'at Hafs yang diambil standar bacaan Indonesia.. adalah yang penuh "Isyba".. 

Sikap ini diambil oleh 'Ulama kita, supaya apa? 

Supaya rukun, 1 Madzhab tapi diambil wajah 1.